Matapapua – Aimas : Program studi Teknik Sipil Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong terus berupaya untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi mahasiswa ditengah pandemi virus corona, hal ini diwujudkan dalam Seminar daring (Webinar) dengan topik ‘Peran dan Perkembangan Teknik Sipil Dalam Mengatasi Banjir dan Kekeringan’.
Dekan Fakultas Sains dan Teknik UNIMUDA Sorong, Herningsih menyebutkan persoalan banjir dan kekeringan tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dan berimplikasi pada padatnya jumlah bangunan yang semakin bertambah, pembangunan yang tidak didukung dengan drainase akan berdampak pada banjir.
“Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dan laju pembangunan yang tidak dapat dikendalikan akan berdampak terhadap banjir disaat musim penghujan dan kekeringan disaat musim panas, banjir yang terjadi disebabkan karena drainase, sehingga peran ilmu teknik sipil sangat dibutuhkan disaat-saat ini” ujar Herningsih, Rabu (8/7).
Ketua DPP Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Papua Barat, Matius Menteng mengatakan Inkindo merupakan wadah bagi konsultan diseluruh Indonesia sebagai organisasi pembelajaran bagi jasa konsultan, juga sebagai wadah komunikasi antara anggota dimana saat ini ada 6.250 perusahaan jasa konsultan dan 127 perusahaan afiliasi asing di 34 Provinsi, Matius juga mengajak seluruh mahasiswa dari Program studi Teknik sipil untuk berkreasi, berinovasi, Inkindo Papua Barat juga memiliki rencana dan program Inkindo go to campus, namun karena pendemi sehingga tertunda.
” Kami memiliki program go to campus namun, terkendala pandemi COVID-19 sehingga tertunda dan baru dapat mengikuti webinar program studi teknik sipil UNIMUDA ini, saat ini di Papua Barat kami membina 131 perusahaan jasa konsultan yang tersebar di Kabupaten dan Kota, jumlah anggota kami diseluruh Indonesia sebanyak 6.250 perusahaan serta 127 perusahaan afiliasi atau asing” kata Matius Menteng.
Sekretaris BPH UNIMUDA sekaligus dosen teknik sipil dan penulis buku, Eko Tavip Maryanto menyebutkan persoalan banjir di Sorong khususnya di Kota Sorong disebabkan karena beberapa faktor, selain karena curah hujan yang tinggi juga disebabkan karena banyak sungai yang tercemar karena buangan sampah oleh warga yang bermukim disepanjang sungai di Kota Sorong, sehingga potensi banjir ini semakin besar.
” Curah hujan di Kota Sorong diatas normal saat musim penghujan tiba, selain itu sejumlah aliran sungai pun mulai dipadati penduduk, persoalan sampah ataupun sedimen serta kemiringan dasar sungai relatif landai, alih fungsi lahan menjadi permasalahan serius, berkurangnya kapasitas drainase serta sistem penghubung antara saluran drainase dan sungai belum bekerja optimal menjadi faktor banjir di Sorong” terang Eko Tavip Maryanto.
Ketua Dewan Profesor Institut Teknologi Sepuluh November, Profesor Nadjadji Anwar mengatakan persoalan banjir dan kekeringan sangat berkaitan erat dengan curah hujan yang tinggi, pertumbuhan penduduk, perkembangan perkotaan, perkembangan industri, perkembangan pertanian dan kebutuhan pangan, perlindungan lingkungan hidup dan keragaman hayati.
“Perubahan dan variabelitas iklim menjadi menjadi indikator perubahan dalam penanganan banjir, dampak urbanisasi dimana sekitar 70 persen penduduk Indonesia diperkirakan akan bermukim diperkotaan ditahun 2030” kata Nadjadji Anwar.
Persoalan banjir dikawasan perkotaan disebabkan lebih pada adanya urbanisasi manusia, dimana awalnya tersedia lahan resapan air yang besar, berubah menjadi kawasan pemukiman sehingga mengurangi jumlah lahan atau kawasan resapan air terutama disaat musim penghujan.
Discussion about this post