MataPapua,Sorong - Senator daerah pemilihan (dapil) Papua Barat Daya, Agustinus Kambuaya melakukan reses bertujuan untuk menampung aspirasi dan mendengarkan langsung usulan-usulan dari mitra kerjanya.
"Dari kami berempat yang turun melaksanakan reses di Papua Barat Daya, kebetulan saya berada di Komite II bermitra dengan Kementerian Perhubungan," jelasnya.
Menurutnya agenda kunjungan usai lepas sambut tahun baru 2025, berhubungan dengan layanan perhubungan udara, darat dan laut.
"Untuk perhubungan udara sendiri dimana pada kunjungan di Bandara DEO Sorong, ditemukan bahwa perlu adanya penambahan rute penerbangan untuk antisipasi lonjakan wisatawan mancanegara, perluasan lahan parkir (apron) dan pengaktifan gedung Tourist Information Centre," ungkapnya, Senin (6/1/2025).
Selain itu dirinya membeberkan, perlunya memaksimalkan kegunaan dan koneksi bandara-bandara perintis di kabupaten-kabupaten yang ada untuk menekan biaya perjalanan terutama bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
"Lebih spesifik lagi menariknya, kami temukan ternyata layanan sampai satu tahun penuh itu sekitar 102 ribu pengunjung. Kapasitas itu masih bisa dilayani oleh pengelola maupun otoritas bandara, tetapi diharapkan ke depan itu mereka berpikir harus pelayanan akses lebih maksimal. Sejumlah armada harus masuk dengan rute penerbangan baik dari Lombok, Bali dalam rangka mendukung pariwisata ini," terangnya.
Agustinus Kambuaya juga mengatakan, untuk tahun 2025, pihak Otoritas Bandara DEO Sorong telah mempunyai planning untuk kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan layanan transportasi udara.
"Bandara-bandara perintis seperti Bandara Marinda di Raja Ampat yang melayani Gak dan sebagainya dengan pesawat dengan ukuran kecil, ternyata bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengisian kargo karena selama ini memang fasilitasnya tersedia," pungkasnya.
Selain itu kata Senator asal Maybrat ini ternyata selain penerbangan untuk embarkasi haji melayani kuota haji dalam satu tahun satu kali terbuka juga peluang untuk pihak bandara melayani penerbangan wisata keluar maupun masuk.
"Nah mereka sedang mengatur untuk bisa menguji coba penerbangan langsung baik ke Singapura, Jepang dan negara lainnya, karena bagi wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat, dinilai biayanya sangat mahal. Dimana jika mereka kembali ke negara masing-masing harus melalui penerbangan ke Jakarta lagi," tutupnya.