• 13 Dec, 2025

Dukung Pendidikan Lingkungan Hidup di Sorong Selatan, Konservasi Indonesia Gelar Training of Trainers untuk Guru, Tokoh Agama, dan Masyarakat Adat

Dukung Pendidikan Lingkungan Hidup di Sorong Selatan, Konservasi Indonesia Gelar Training of Trainers untuk Guru, Tokoh Agama, dan Masyarakat Adat

MataPapua, SORONG SELATAN – Dalam upaya menjaga kelestarian alam dan mendorong pembangunan berkelanjutan di Sorong Selatan, Konservasi Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan menggelar program Training of Trainers (ToT) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Kegiatan ini berlangsung selama enam hari, mulai Senin, 26 Mei hingga Sabtu, 31 Mei 2025.

Menurut Muhammad Varih Sovy, Program Manager Konservasi Indonesia untuk Sorong Selatan, kegiatan ini dirancang untuk membekali guru, tokoh agama, tokoh masyarakat adat, dan pelaku pendidikan nonformal seperti sekolah minggu dan madrasah agar menjadi agen perubahan di wilayahnya masing-masing. “Kami ingin mencetak para champion pendidikan lingkungan yang mampu menyampaikan pengetahuan dan mengimplementasikan modul PLH dalam pembelajaran formal maupun nonformal,” ujar Varih Sovy dalam wawancara.

Sorong Selatan dikenal sebagai rumah bagi ekosistem kritis yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati. Dari total wilayah 654.900 hektar, hampir 500 ribu hektar adalah area dengan nilai konservasi tinggi, termasuk hutan gambut tropis yang menjadi penyerap karbon penting bagi kestabilan iklim global. Kekayaan flora dan fauna yang ada juga menyimpan banyak spesies terancam punah yang dilindungi undang-undang, seperti kasuari kerdil, kanguru pohon, dan kuskus tanah.

“Kondisi ini menuntut kesadaran yang tinggi dari masyarakat sejak usia dini. Pendidikan lingkungan hidup harus dimulai dari sekolah dan komunitas agar generasi muda memahami pentingnya menjaga hutan dan ekosistem,” jelas Varih.

Selain fokus pada sekolah dasar hingga menengah, program ini juga menyasar komunitas adat dan lembaga keagamaan untuk memastikan pengetahuan PLH tersampaikan ke semua lapisan masyarakat. Selama ToT, peserta tidak hanya menerima materi teori, tapi juga pelatihan praktik yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Misalnya, bagaimana mengelola sampah, menjaga sumber air, dan melestarikan habitat satwa liar. Ini bukan hanya soal teori, tapi penerapan nyata yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

Konservasi Indonesia berharap setelah pelatihan, para peserta bisa menjadi fasilitator PLH di komunitasnya masing-masing, terus mengembangkan dan mengajarkan modul ini agar pendidikan lingkungan hidup benar-benar berkelanjutan dan berakar di masyarakat. Program ini juga akan didukung oleh kolaborasi dengan pemerintah hingga tingkat kabupaten dan provinsi untuk memasukkan modul PLH ke dalam kurikulum formal.

Dengan semangat kolaborasi, Konservasi Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan optimis program ini akan memperkuat kesadaran lingkungan sekaligus menjaga kekayaan alam yang menjadi tumpuan hidup masyarakat lokal dan masyarakat adat di Sorong Selatan.