Matapapua – Jayapura : 29 Juni 2021,Perundungan atau bullying masih menjadi kekerasan yang sering dialami oleh anak – anak. Berdasarkan Laporan dari Programme for International Student Assessment (PISA) Tahun 2018, 41% pelajar Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. Angka tersebut jauh di atas rata-rata negara anggota Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) yang hanya sebesar 22,7%. Sedangkan menurut data SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) terdapat 178 kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan dari tahun 2018 sampai dengan September 2020 di Provinsi Papua.
Pencegahan perundungan juga menjadi salah satu fokus program nasional untuk pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak, sebagaimana tercantum pada RPJMN 2020-2024 serta Permendikbud 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan. Pencegahan kekerasan juga menjadi salah satu nilai yang didorong dalam upaya penguatan karakter siswa didik melalui promosi profil Pelajar Pancasila. Dalam Permendikbud 82/2015 tercantum peran satuan pendidikan (sekolah) dalam mencegah dan menanggulangi kekerasan di satuan pendidikan, beberapa di antaranya adalah melaksanakan kegiatan pencegahan perundungan dan membentuk tim di sekolah yang bertugas untuk menanggulangi kekerasan. Senada dengan RPJMN, elemen perlindungan anak juga menjadi fokus pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Papua Tahun 2019 – 2023.
Sebagai salah satu bentuk aksi nyata untuk mendukung pemerintah dalam menanggulangi empat dosa dunia pendidikan yaitu perundungan, kekerasan seksual, intoleransi, dan NAPZA , kemitraan UNIMUDA – UNICEF bersama dengan Dinas Pendidikan Kota Jayapura, Kab. Jayapura dan Keerom, menyelenggarakan peluncuran program pencegahan perundungan atau Roots (akar) di tingkat SMP yang akan menjangkau lima belas sekolah pada tiga wilayah, yaitu Kota Jayapura, Kab. Jayapura, dan Kab. Keerom pada 29 Juni 2021 yang dihadiri oleh 32 orang, terdiri dari perwakilan Bappeda, Dinas Pendidikan, DP3A, Dinas Sosial, perwakilan sekolah, gereja, dan lembaga pemerhati anak yang ada di tingkat provinsi, kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, dan kabupaten Keerom. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan berelasi antar teman sebaya dan mengurangi perundungan serta insiden kekerasan antar pelajar atau anak dengan keterlibatan seluruh komponen di sekolah termasuk orang tua, khususnya pada saat pembelajaran di tengah pandemi COVID-19.
Kepala Bidang Pendidkan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan dan Arsip Daerah Provinsi Papua, Laurens Wantik, yang hadir dan membuka secara resmi peluncuran program Roots mengatakan “Konsen dari Dinas adalah penguatan karakter, sehingga Roots menjadi salah satu (program) yang perlu kita dorong bersama untuk penguatan pendidikan karakter”. Kabid PKLK juga menegaskan Dinas Pendidikan dan Arsip Daerah Provinsi Papua mendukung penuh program replikasi Roots di Papua, namun berharap agar semua OPD dan lintas sektor harus samasama bergerak dan bermitra untuk penguatan pendidikan karakter bagi anak-anak di Papua. Beliau juga melanjutkan bahwa kegiatan Roots di sekolah bisa menggunakan dana BOS yang bertujuan untuk meningkatkan standar kompetensi peserta didik. Dinas Provinsi juga akan mendukung untuk replikasi program Roots di wilayah lain di Papua.
Acara tersebut diawali dengan pelatihan program Roots bagi fasilitator dari berbagai latar belakang, seperti guru, perwakilan dinas pendidikan, perwakilan gereja, dan organisasi pemuda, yang telah dilakukan pada tanggal 15-17 Juni 2021. Setelah mendapatkan pelatihan, fasilitator akan mengajarkan program Roots ke pelajar dan penerima manfaat lainnya sebagai calon agen perubahan yang akan menyebarkan nilai – nilai kebaikan dan memutus rantai perundungan/bullying pada anak-anak.
“Selama ini masih banyak terjadi kekerasan terhadap anak di sekolah dan keluarga. Pelatihan Roots sangat memberkati karena dapat membagikan hal baik ke anak-anak didik di sekolah dan sekolah minggu untuk pencegahan perundungan dan kekerasan di sekolah dan di keluarga, “ kata Serlita Sokoy, Guru Sekolah Minggu di Sentani sebagai peserta pelatihan.
Kegiatan peluncuran dan pelatihan Roots merupakan bagian dari Program Nasional Pencegahan Perundungan dalam Kerjasama pemerintah bersama UNIMUDA dan UNICEF. Sebelumnya program Roots telah berhasil diimplementasikan di Papua Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah dengan capaian kemajuan berperilaku positif dan penurunan tindakan perundungan sebesar 29% serta kejadian pada korban sebesar 20%.
“Penurunan tindakan perundungan yang berhasil dicapai pada program Roots sebelumnya membuktikan jika kita semua dapat mengambil langkah tegas dalam pencegahan kekerasan pada anak” Kata Kepala Kantor UNICEF Wilayah Papua dan Papua Barat Aminuddin Ramdan.
Aminuddin juga mengatakan untuk memastikan program Roots yang berdampak baik dan keberlanjutan di Papua, selain kerjasama lintas sektor dari pemerintah yang didukung dengan regulasi, juga diperlukan dukungan masyarakat di lingkungan sekolah, seperti seluruh elemen sekolah dan orang tua sehingga dapat mendorong replikasi pada sekolah lain, khususnya di tingkat SMP di Kota Jayapura, Kab. Jayapura dan Kab. Keerom.
Program Roots akan dilanjutkan dengan memperkuat mekanisme sistem dan rujukan perlindungan anak yang terintegrasi di tingkat sekolah dan kabupaten/kota. Program Roots di Papua akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2022 yang mendukung implementasi Sekolah Ramah Anak demi menuju Kabupaten dan Kota Layak Anak (KLA) di Papua.
Discussion about this post