• 13 Dec, 2025

Aset Wisata Alam Tak Ternilai, Masyarakat Adat Sorsel Siap Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan

Aset Wisata Alam Tak Ternilai, Masyarakat Adat Sorsel Siap Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan

MataPapua, Sorong Selatan - Konservasi Indonesia (KI) menggelar pelatihan Ekowisata Berkelanjutan bagi masyarakat adat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari tiga kampung di Kabupaten Sorong Selatan.

PELATIHAN - Sesi Kelas oleh Nikka Gunadharma
 

Kelompok sadar wisata yang mengikuti pelatihan ini yakni Kampung Bariat dan Nakna dari Distrik Konda dan Kampung Klaogin dari Distrik Seremuk mengikuti Pelatihan Ekowisata Berkelanjutan sekaligus uji coba wisata di Kampung Klaogin.

Kegiatan ini melibatkan Dispora Sorong Selatan, Dinas Kepemudaan, Olah Raga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Dispora Parekraf) Papua Barat Daya, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Maluku-Papua, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Papua Barat Daya dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Indonesia Ecotourism Network (Indecon), dan didukung oleh Konservasi Indonesia.

Pelatihan selama empat-hari pertanggal 14-17 Mei 2025 ini, juga dimanfaatkan Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata (Dispora) Sorong Selatan untuk mengukuhkan tiga Pokdarwis tersebut.

Kepala Dispora Sorong Selatan Daud Azer Fatary, SE., M.Tr.Ap., dalam sambutannya mengatakan, Sorong Selatan dikaruniai keindahan alam yang luar biasa, mulai dari hutan tropis, keanekaragaman hayati, hingga budaya yang kaya. Keunggulan yang dimiliki daerah ini adalah aset wisata alam yang tak ternilai harganya.

AERIAL - Desa Wisata Klaogin - Sorong Selatan - Dok.Konservasi Indonesia - Rens Lewerisa (3)
 

"Pemberdayaan masyarakat adalah subjek utama agar manfaat ekonomi langsung dirasakan oleh mereka, dan pemerintah mesti mendukung dengan peraturan yang pro lingkungan. Jadilah pionir ekowisata yang menjunjung tinggi kearifan lokal dan kelestarian alam," Ujar Daud

Ketua Pokdarwis Kampung Klaogin Dance Yadafat sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Memurutnya, ketertarikannya mengikuti kegiatan ini karena dapat menerima ilmu bagaimana cara mengelola pariwisata alam dan budaya. Sejauh ini, kata Dance, pihaknya belum mengetahui apa langkah-langkah mengenai bagaimana cara menyelenggarakan wisata di tempatnya sendiri.

"Saya, selaku ketua Pokdarwis, mau mencapai keberhasilan untuk masyarakat saya: kerja saya harus berhasil," Ungkap Dance

Anggota ketiga Pokdarwis yang terlibat dalam pelatihan ini merupakan bagian dari masyarakat adat tujuh sub-suku di Kabupaten Sorong Selatan yang sedang memperjuangkan pengakuan dari Kementerian Kehutanan atas usulan Perhutanan Sosial melalui skema Hutan Adat.

Hal serupa juga disampaikan Ketua Pokdarwis Kampung Bariat, Yance Konjol. Baginya, Pelatihan ini menunjang hak-hak adat, menjaga hak-hak adat dan juga hak-hak masyarakat secara umum.

Desa Wisata Klaogin - Sorong Selatan - Dok.Konservasi Indonesia - Nikka Gunadharma (1)
 

"Tentunya untuk melindungi cenderawasih, lau-lau (kanguru), kakatua putih jambul kuning, nuri kepala hitam dan lain-lain. Kami siap untuk bangun (pariwisata) demi masa depan anak-anak kami," Terangnya

Kajian KI dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat pada tahun 2023 mencatat bahwa dari total 654.900 hektar luas wilayah di Sorong Selatan, sebanyak 497.522 hektar-nya diklasifikasikan sebagai ekosistem alami bernilai tinggi. Hal ini disampaiakn Manager Program Sorong Selatan  untuk Konservasi Indonesia, Muhamad Varih Sovy.

Menurut Varih, Sorong Selatan memiliki 32 jenis ekosistem alami, termasuk hutan gambut tropis yang esensial untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sekaligus penyedia jasa ekosistem esensial bagi masyarakat yang bergantung pada praktik pemanfaatan hutan dan agroforestri berbasis ekologi dan subsisten.

"Kajian kami juga mencatat keberadaan 416 jenis tumbuhan dan 372 jenis vertebrata, termasuk 58 mamalia, 280 burung, 36 reptil, dan 14 amfibia, menjadikan Sorong Selatan sebagai kawasan biodiversity yang sangat sangat kaya di Papua Barat Daya," Beber Varih

AERIAL - Desa Wisata Klaogin - Sorong Selatan - Dok.Konservasi Indonesia - Rens Lewerisa (2)
 

Varih menekankan, bahwa jalan panjang membentang untuk Sorong Selatan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Selain kebutuhan regulasi yang berpihak pada kelestarian alam dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, yang pastinya harus bermuara kepada kesejahteraan masyarakat, beragam tantangan lain juga harus diberikan solusinya.

"Solusinya yaitu dari keterbatasan sarana dan prasarana, akomodasi dan aksesibilitas yang masih terbatas, hingga kepada pengembangan sumber daya manusia tentu harus menjadi prioritas," pungkas Varih

Kajian yang dilakukan oleh Konservasi Indonesia pada awal tahun 2025 menyatakan bahwa Sorong Selatan potensial untuk pengembangan ekowisata. Ragam ekosistem di sekitar Kampung Klaogin saja memiliki keanekaragaman hayati tinggi, yang mencakup 41 spesies pohon, 28 jenis burung, dan 10 reptil, serta 9 genus mamalia dan 13 genus ikan, 14 tanaman obat-obatan, dan mencatat setidak-tidaknya 16 atraksi wisata budaya yang menarik.

 

Tentang Konservasi Indonesia


Konservasi Indonesia (KI) merupakan yayasan nasional yang bertujuan mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan di Indonesia. KI percaya pentingnya kemitraan multi pihak yang bersifat lintas sektor dan yurisdiksi untuk mendukung pelestarian lingkungan di Indonesia. Bermitra dengan Pemerintah dan para mitra, KI merancang dan menghadirkan solusi inovatif berbasis-alam, serta pendekatan strategi pengelolaan bentang alam dan bentang laut yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang bagi masyarakat dan alam Indonesia. Informasi lebih lanjut: www.konservasi-id.org. (Rls)