Aimas, MATAPAPUA – LSM Teras Kitorang Peduli Papua mengadakan Focus Group Discussion Penyusunan Kamus Bahasa Daerah (Moi Klabra Kabupaten Sorong, Sawiat Sorong Selatan dan Maya Raja Ampat) yang diselenggarakan oleh LSM Teras Kitorang Peduli Papua, pada Selasa pagi (14/5/2024) di Aula Perpustakaan Daerah Kabupaten Sorong.
LSM Teras Kitorang Peduli Papua bekerja sama dengan Program Pencipta Karya Kreatif Inovatif dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI untuk menyusun tiga kamus bahasa daerah.
FGD dibuka secara resmi oleh Pj. Bupati Sorong yang diwakili oleh Staf Ahli bidang Sumber Daya Manusia pemerintah kabupaten Sorong, Dr. Wa Ode Likewati, S.E., M.M.
Ketua LSM Teras Kitorang Peduli Papua, Irianto M Ali, saat ditemui oleh wartawan usai acara mengatakan, “dalam forum diskusi ini, kami temukan menurut beberapa peserta yang menyampaikan bahwa ternyata generasi di bawah umur 30 tahun sudah tidak mengetahui bahasa daerah, hal ini menjadi dasar penyusunan kamus bahasa daerah,” katanya.
Ali berharap ada tindak lanjut dari Pemerintah Kabupaten Sorong dan internal suku untuk mengajarkan bahasa daerah.
“Kami berharap setelah penyusunan kamus bahasa daerah ini ada tindak lanjut dari internal suku dan pemerintah daerah. Misalnya di pemkab Sorong sudah memproyeksikan Bahasa Moi masuk di kurikulum pendidikan dasar. Kami berharap adanya kamus-kamus bahasa daerah ini memperkaya muatan-muatan yang akan diajarkan di tingkat satuan pendidikan,” ungkapnya.
Dalam menyusun tiga buku kamus bahasa daerah ini, Ali dan timnya membutuhkan waktu 9 bulan.
“Kami membutuhkan waktu 9 bulan untuk penyusunan, pengurusan ISBN, HKI, dan cetak naskah. Ada pula dalam 9 bulan itu tahapan-tahapan yang dilalui untuk penyusunan, pertama FGD untuk menentukan penuturnya. Setelah itu proses validasi oleh tim ahli dan penutur untuk memastikan bahwa bahasa yang digunakan sudah benar dan tepat,” jelasnya.
Ali mengungkapkan, proyeksi penyempurnaan penyusunan bahasa selanjutnya akan dilakukan pada sub suku besar yang memiliki banyak penutur, seperti di sub suku Moi, yaitu suku Klabra. Kami akan menentukan di mana penutur terbanyak dari suku Klabra. Lalu kami akan bekerja sama dengan kepala suku Klabra untuk menentukan daerah yang memiliki penutur terbanyak suku Klabra.
Sementara, Ketua Generasi Muda Moi Tujuh Sub Suku Papua Barat Daya, Paulus Syufan mengatakan, “atas nama pemuda suku Moi kami ucapkan terima kasih karena telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi generasi hari ini dan mendukung bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari.”
Dia berharap dengan adanya upaya penyusunan kamus bahasa daerah ini, khususnya bahasa suku Moi dapat menjadi upaya untuk menggali literasi bahasa dan sejarah suku Moi.
“Semoga terus digalakkan ke depan untuk generasi kita. Saya pikir Bahasa ibu ini sangat penting. Kami juga mengapresiasi kepada tim dan mendukung program ini karena sangat baik. Tetapi masih banyak yang harus dikerjakan berkaitan dengan penggalian literasi bahasa terkait dengan etnografi bahasa dan jejak sejarah, terutama suku Moi sehingga ini ke depan dipublikasikan dan dikenal masyarakat luas bahwa suku Moi ini ada dan punya rekam jejak sejarah, adat istiadat, budaya yang cukup baik. Kami pikir Suku Moi sedang menjadi corong pemikiran budaya di Papua Barat Daya ini, karena kami menerima semua suku-suku yang ada sebab kecintaan kami kepada Indonesia,” katanya.
Paulus berharap kepada pemkab Sorong untuk bekerja sama dengan LSM Teras Kitorang Peduli Papua untuk bersama-sama mengembangkan pendidikan dan kebudayaan ini serta memperkaya khasanah yang ada di tanah Papua Barat Daya dan khususnya suku Moi.
Hengki Syafle Ketua Dewan Adat sub Suku Moi Klabra Distrik Klawak yang turut hadir dalam FGD mengapresiasi langkah penyusunan kamus bahasa daerah ini Hengki berharap agar bahasa Klabra diajarkan di sekolah-sekolah. Hengki juga berharap agar Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong memperhatikan sekolah-sekolah di tanah Klabra yang terdiri dari 8 distrik.
“Saya sangat bangga atas kegiatan yang dilakukan hari ini membawa beberapa hal yang positif. Pertama, kegiatan ini bahasa kami di Klabra untuk ditindaklanjuti agar generasi selanjutnya tidak lupa bahasa ibu. Kedua, bisa bekerja sama dengan LSM Teras Kitorang Peduli Papua, terutama SD yang tidak memiliki perpustakaan dan Sekolah-sekolah yang rusak. Ketiga, ke depan dinas pendidikan memperhatikan sekolah-sekolah yang ada di Klabra dan mengajarkan bahasa Klabra,” pungkasnya.
LSM Teras Kitorang Peduli Papua sudah berhasil menyusun empat kamus bahasa daerah yang berkolaborasi bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua Barat Daya pada tahun 2023, yaitu kamus bahasa Moi Kelim, Tehit Sorong Selatan, Maya Misol dan ditambah dengan bahasa Maybrat. Dengan adanya tiga kamus baru pada tahun 2024, yaitu kamus Moi Klabra Kabupaten Sorong, Sawiat Sorong Selatan dan Maya Raja Ampat, menambah total kamus yang telah disusun menjadi 7 kamus.
Discussion about this post