“Harga diri orang Papua Barat Daya itu mahal, tidak bisa ditipu – tipu dengan uang 1 dan 2 juta Rupiah, yang bisa habis tidak sampai sehari”
MataPapua,Sorong – Setiap tanggal 21 November diperingati sebagai hari Otonomi khusus (Otsus) bagi Tanah Papua.
Hari ini, Otsus di Tanah Papua sudah berusia 23 tahun.
Bertepatan dengan hari Otsus, Elisa Kambu sebagai Calon Gubernur Papua Barat Daya nomor urut 3 mengukuhkan Tim Kerja Pemenangan Imekko Sorong Raya for ESA.
Masyarakat Imekko Sorong Raya memiliki populasi terbesar dibandingkan suku – suku yang mendiami kota, kabupaten Sorong dan kabupaten Sorong Selatan.
Sikap politik masyarakat Sorong Sorong Raya itu disampaikan langsung oleh Raja Fatari, Nikolas Fatari dan Kepala Suku Besar Imekko Sorong Raya Frits Bondori dalam Deklarasi dan Pengukuhan Tim Pemenangan Imekko Sorong Raya for ESA.
Nikolas Fatari sampaikan dirinya bersama kepala suku besar Imekko Sorong Raya ikut pula selama 16 tahun memperjuangkan lahirnya, provinsi Papua Barat Daya.
“Jadi kami juga orang Imekko punya hak untuk menentukan siapa yang terbaik untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur Provinsi Papua Barat Daya, ” kata Nikolas Fatari, di Gedung JA Jumame, Kamis (21/11/2024).
Pernyataan sikap politik masyarakat Inanwatan, Metamani, Kais dan Kokoda (Imekko) Sorong Raya tidak lahir begitu saja. Namun lahir setelah mengikuti secara seksama komitmen setiap calon gubernur dan wakil gubernur Papua Barat Daya.
“Jadi kami hanya mau memilih pemimpin yang takut akan Tuhan. Kemudian bapa Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau kampanye di mana saja, baik di Maybrat, Raja Ampat, Tambrauw, kota dan kabupaten Sorong selalu menyebut nama Imekko, ” tutur Nikolas Fatari.
Dimana ada komitmen – komitmen politik yang ditawari oleh masyarakat Imekko Sorong Raya yang langsung disetujui oleh Calon Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau.
“Bapa Elisa Kambu siap membayar adat kepada kami orang Imekko atas jasa guru – guru penginjil yang naik ke Maybrat untuk meletakkan dasar peradaban bahkan Raja besar Gustav Fatari pernah naik bawa pemerintahan untuk bertemu dengan kepala suku besar Maybrat, ” ucap Ayah kandung dari Brian dan Braif Fatari yang sekarang bermain sepakbola untuk klub Persija Jakarta di liga 1 Indonesia.
“Jadi kami hari ini, orang Imekko nyatakan sikap suara Imekko Sorong Raya harga mati untuk pasangan ESA. Kami orang Imekko tidak ingin menderita lagi, kami ingin bisa sejajar dengan suku – suku yang ada di Sorong Raya, ” kata Nikolas Fatari.
Masyarakat Imekko bisa sejajar , Nikolas Fatari katakan hanya bisa terjadi dengan adanya pemekaran Kabupaten Imekko.
“Kami Imekko kalau masih bergabung dengan kabupaten Sorong Selatan hanya tidak akan berkembang. Maka solusi yang paling tepat, Imekko harus jadi kabupaten sendiri terpisah dari kabupaten Sorong Selatan, ” ucap Nikolas Fatari.
Di setiap pernyataan pasangan Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau bila bicara soal Imekko hanya satu janji politiknya yaitu pemekaran kabupaten Imekko.
“Jadi kami bersyukur bapak ESA (Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau) di mana – mana selalu sampaikan Imekko diprioritaskan untuk pemekaran. Jadi sebagai raja saya ucapkan terima kasih, ” ucap Nikolas Fatari.
Dengan tegas Nikolas Fatari sampaikan kepada seluruh masyarakat Imekko Sorong Raya dengan peribahasa pilih yang pasti menang, ‘jangan buang garam di lautan’.
“Saya himbau kita pilih yang pasti menang, jangan kita buang garam di laut, ” kata Nikolas Fatari.
Sementara Kepala Suku Besar Imekko Sorong Raya, Frits Bodori tegaskan suara Imekko Sorong Raya hanya untuk pasangan Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau.
“Saya tidak bisa bicara banyak, karena itu saya mohon maaf bapak gubernur, karena kalau saya bicara banyak nanti saya bisa menangis. Saya sudah jadi kepala suku besar Imekko hampir 45 tahun, tapi Imekko tinggal begini saja kah, ” kata Frits Bodori diakhir dengan nada tanya.
“Kami akan buktikan itu pada tanggal 27 November 2024. Setelah bapak Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau terpilih, kami akan gelar tikar adat dan bawa bapak Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau ke Imekko untuk dikukuhkan sebagai sesepuh anak adat Imekko Sorong Raya. Kami tidak bisa angkat bapak disini, karena ini orang Moi punya tanah, ” tutur Frits Bodori.
Untuk masyarakat Imekko di Sorong Raya, Frits Bodori sampaikan ada sekitar 11.000 suara. Dan semua suara itu sudah dibungkus habis untuk Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau.
Ucapan terima kasih disampaikan oleh Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau atas sikap politik yang diambil oleh masyarakat Imekko Sorong Raya.
“Di Imekko sana kami sudah hitung ada 13.000 DPT, dan orang Imekko sepakat 10.000 suara kasih buat Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau. Tambah dengan masyarakat Imekko di Sorong Raya kami juga sudah tahu titik kumpul. Bila semua titik kumpul itu, Elisa Kambu dan Ahmad Nausrau terpilih pada hari Rabu, 27 November. Maka hari Jumat, saya bersama dengan bapak Raja Fatari dan bapak Kepala suku besar kita naik langsung ke Imekko untuk sekalian kita bikin acara di atas, ” kata Elisa Kambu menegaskan komitmennya.
Wilayah Imekko ini, Elisa Kambu katakan hampir mirip dengan Kabupaten Asmat. Namun di Imekko ini masih ada tanah daratan, kalau di Asmat sana semua rawa.
“Jadi Imekko kalau mau berkembang, cuma satu saja. Imekko harus jadi kabupaten sendiri terpisah dari Kabupaten Sorong Selatan. Bagaimanapun caranya, Imekko harus jadi Kabupaten sendiri, dan saya sebagai gubernur Papua Barat Daya yang akan langsung pimpin sendiri tim pemekaran kabupaten Imekko, ” kata Elisa Kambu menegaskan.
Provinsi Papua Barat Daya ini, tambah Elisa Kambu, rumah milik seluruh masyakarat Papua Barat Daya.
“Rumah ini milik Orang Imekko, milik orang Tehit, milik orang Maybrat, milik orang Tambrauw, milik orang Moi, milik orang Raja Ampat. Rumah ini juga milik saudara kita Papua dari luar wilayah Papua Barat Daya, milik orang Biak, Jayapura, Yapen Waropen, Fakfak, Kaimana, Bintuni, Wamena. Rumah ini juga milik saudara – saudara kita yang datang dari Maluku, Sulawesi, Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Kita harus bersatu padu untuk bersama – sama membuat Papua Barat Daya menjadi maju dan terdepan di Tanah Papua, ” ucap Elisa Kambu menegaskan.
Elisa Kambu kembali menuturkan kepada masyarakat Papua Barat Daya untuk memilih berdasarkan hati nurani, bukan karena ada tekanan atau ancaman, orang Papua Barat Daya harus menanamkan dalam diri sendiri bahwa harga diri orang Papua Barat Daya itu mahal, tidak bisa ditipu – tipu dengan iming – iming uang 1 juta dan 2 juta Rupiah saja yang habis tidak sampai sehari saja.