MataPapua,Sorong - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah Minal Aidin Wal Faidzin, mohon Maaf Lahir dan Batin.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya menyampaikan pula selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 bagi Umat Hindu.
Diketahui bersama Hari Raya Nyepi bukan sekadar perayaan tahun baru dalam kalender Saka, tetapi juga momen penyucian diri dan alam.
Pada perayaan Nyepi umat Hindu menghentikan segala aktivitas duniawi untuk introspeksi, meditasi, dan memperbaiki diri. Keheningan total dipercaya dapat membawa keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Hyang Widhi (Tuhan).
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya tentu berharap semangat mewujudkan Indonesia emas 2045 dapat dikawal seluruh elemen masyarakat Indonesia.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya sebagai organisasi tempat berhimpun Wartawan tentu berharap momentum ibadah puasa hingga hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam dan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu bisa menjadi pegangan untuk merefleksikan diri dan menatap masa depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia secara umum dan lebih khusus di Provinsi Papua Barat Daya.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya menyoroti bentuk intimidasi berupa teror yang dialami media Tempo 'menjadi yang terakhir' dan tidak terulang di masa yang akan datang.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya mengutip pendapat Mantan Ketua Dewan Pers tentang kemerdekaan Pers.
Bagir Manan mengatakan kemerdekaan pers sebagai salah satu 'core' demokrasi, yakni kemerdekaan pers sebagai sarana dan hak azasi individu, politik, dan sosial (individual, political, and social rights).
Bagir Manan dengan tegas mengatakan demokrasi tanpa kemerdekaan pers adalah 'pepesan kosong'. Hal serupa kalau ada yang berani mengatakan: 'ada kemerdekaan pers walaupun tidak ada demokrasi', itu sebuah manipulasi.
Segala bentuk upaya menghalangi kemerdekaan Pers dalam bentuk teror maupun intimidasi berupa kiriman paket kepala babi tanpa telinga, bingkisan berisi enam ekor tikus mati dengan kepala terpotong serangan doksing seharusnya tidak lagi terjadi di era moderen saat ini.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya mengharapkan kejadian intimidasi dan teror yang menimpa rekan jurnalis di Media Tempo bisa diusut tuntas.
Persatuan Wartawan Indoensia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya turut pula berduka cita atas tragedi maut yang menimpa wartawati bernama Juwita di Banjarbaru - Kalimantan Selatan.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya meminta agar Kepolisian Republik Indonesia dan Polisi Militar Angkatan Laut dapat mengusut tuntas penyebab dan memberi hukuman sesuai aturan hukum yang berlaku kepada pelaku.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Papua Barat Daya tentu berharap intimidasi baik melalui teror atau ancaman dan tindak kekerasan terhadap jurnalis tidak lagi terjadi di hari-hari mendatang.
Kebebasan pers dan demokrasi yang dibangun pasca reformasi 1998 ternyata mengalami penurunan, bukan hanya dari sisi negara tapi juga masyarakatnya.
Bagi insan pers pun di Provinsi Papua Barat Daya, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) berharap untuk selalu mengedepankan kode etik dan menjunjung tinggi UU nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Ketua Bidan Organisasi Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Papua Barat Daya, Sayed Syech Boften
