Harga CPO Rendah, ANJ Lakukan Konsolidasi

DDE7B264 7174 453A 8CB3 841487A13C22

DDE7B264 7174 453A 8CB3 841487A13C22

Matapapua – Sorong Selatan : Penurunan harga minyak sawit mentah dunia yang berdampak langsung terhadap beban operasional industri kelapa sawit Indonesia menjadi tantangan bagi PT Putera Manunggal Perkasa (PMP) dan PT Permata Putera Mandiri (PPM) dalam menerapkan program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

Imbas dari turunnya harga minyak sawit dan olahannya – sebagai komoditas ekspor andalan Indonesia – dirasakan oleh semua perusahaan sawit di Indonesia termasuk di seluruh lini operasional kebun PMP dan PPM, dua unit usaha PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) yang beroperasi di Kabupaten Sorong Selatan dan Maybrat, Papua Barat.

Empat faktor utama penyebab turunnya harga komoditas, yakni, pertama, meningkatnya produksi sawit dari Indonesia dan Malaysia, yang kemudian mendorong naiknya pasokan global tetapi tidak diimbangi oleh naiknya permintaan pasar.

Aspek kedua adalah peningkatan pajak impor sawit oleh India dari 30 persen menjadi 44 persen – yang hanya berlaku untuk Indonesia – sebagai upaya negara ini untuk melindungi industri minyak nabati domestik mereka.

Situasi ini kemudian juga diperparah dengan terus berlangsungnya perang dagang antara AS dengan China serta kampanye negatif dan ancaman pelarangan sawit yang “tidak berkelanjutan” dari Indonesia di Uni Eropa.
Walaupun pelarangan belum benar-benar diterapkan, namun sentimen ini sudah membuat importir minyak sawit di Eropa untuk bersikap lebih konservatif dengan mengutamakan industri domestik mereka seperti minyak rapa dan minyak biji bunga matahari.

Tren global ini, menurut Nunik Maharani, Direktur PPM dan PMP, tidak hanya menjadi tantangan bisnis yang berat bagi ANJ dan unit usahanya, tapi juga untuk perusahaan sawit lainnya.

“Sebenarnya, tergantung dari seberapa besar kemampuan setiap perusahaan untuk dapat bertahan dari kondisi ekonomi yang lemah ini. ANJ melakukan konsolidasi, dan ini bukan hal yang mudah. Kami meninjau kembali biaya operasi dan program-program yang membutuhkan efisiensi” ujar Nunik, Rabu (16/10).

Kondisi ini juga mengharuskan PPM dan PMP melihat kembali program pelibatan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk program pendidikan, kesehatan dan peningkatan kapasitas yang masih berjalan.

Program pendidikan yang dilakukan bersama Early Childhood Care and Development Resource Center (ECCD-RC), contohnya, telah melatih sepuluh guru di berbagai kampung untuk memberikan pendidikan yang ramah anak dan ramah budaya. Diamati dan dilatih dengan teknik yang dicontohkan oleh fasilitator ECCD-RC, seluruh guru sekarang mampu mengajar di kelas-kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan percaya diri.

Pada akhir 2018, total 170 anak terdaftar di PAUD, dan lima pusat PAUD terdaftar di Dinas Pendidikan setempat. Di saat yang sama, beberapa ibu yang merupakan warga setempat dilatih sebagai agen perubahan masyarakat dan panutan bagi pembelajaran dan pengasuhan berbasis rumah.

Bersama Yayasan Alirena, mitra baru ANJ yang melanjutkan implementasi program PAUD di Kampung Sumano dan Benawa, perusahaan tetap perduli terhadap pola pendidikan yang mengutamakan pendekatan keterampilan hidup (life skills).

“Pendidikan itu harus mampu bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan. Pendidikan itu harus mengarah kepada peningkatan life-skills dan pendidikan di Papua harus menggunakan pendekatan budaya” ujar Eng Go, pembina Yayasan Alirena.

Sejak September 2019 dengan menggunakan dana program pengembangan masyarakat, Alirena telah mengajar sekitar 80 anak usia dini dari Sumano dan Benawa sebagai komitmen perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selain PAUD, sejak 2015 Perusahaan juga membantu sejumlah pelajar dan mahasiswa suku Awee, Iwaro, Kaiso dan Maybrat melalui beasiswa pendidikan. Tetapi, penghematan biaya pada 2019 mengharuskan Perusahaan untuk sementara waktu menghentikan bantuan tersebut.

Menurut Gritje Fonataba, Kepala Hubungan Pemerintah dan Pemangku Kepentingan Wilayah Papua, program ini adalah komitmen perusahaan untuk mendukung kelangsungan pendidikan bagi pelajar SMA dan mahasiswa dari suku-suku pemilik hak ulayat di area operasi PMP dan PPM.

“Memang sangat disayangkan, namun melemahnya harga sawit global sangat berdampak pada perusahaan sawit dan efisiensi dilakukan di semua lini bisnis kami tidak dapat dihindarkan, termasuk penundaan pemberian beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa di tahun ini” ujar Gritje.

Program ini telah memberikan bantuan dana pendidikan bagi 103 pelajar dan 125 mahasiswa yang berasal dari 5 kampung yaitu: 101 orang dari Puragi, 68 orang dari Benawa, 20 orang dari Ikana, 33 orang dari Kais dan 6 orang dari Sumano.

Selain program pendidikan ANJ, bermitra dengan Yayasan Indonesia Lebih Baik (YILB), sejak 2015 juga melakukan program yang mendorong perubahan perilaku masyarakat yang berada di enam kampung yaitu Sumano, Ikana, Mukamat, Benawa, Puragi dan Tawanggire.

Perubahan perilaku masyarakat perlahan terjadi karena implementasi program peningkatan ekonomi keluarga, perbaikan peraturan kampung, etika kerja serta pengasuhan anak dan baca tulis hitung (calistung).

Di bidang pendidikan, melalui program Matahariku, kerja sama ANJ dan Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII), sejak 2017 telah bergulir program perbaikan kesehatan anak balita dan perempuan usia subur, peningkatan akses ke puskesmas dan layanan kesehatan yang lebih berkualitas dan pola hidup bersih dan sehat.

Di beberapa distrik seperti Kais, Metemani, Sumano, Benawa, Puragi serta Tawanggire dan Tapuri, program Matahariku memberikan pelatihan dan bimbingan teknis untuk peningkatan kapasitas kader dan penguatan posyandu bagi petugas Puskesmas dan puskesmas pembantu (Pustu).

Program ini juga melakukan pembentukan dan penguatan kelompok dukungan bagi ibu dan pendampingan masyarakat untuk menerapkan pola asuh, asih dan asah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a comment