Sebanyak 88 wisatawan mancanegara mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) kota Sorong, provinsi Papua Barat Daya untuk menikmati keindahan alam dan budaya masyarakat suku Moi, Selasa (29/8).
Program kunjungan bergensi puluhan wisatawan mancanegara di TWA kota Sorong tersebut merupakan kolaborasi Agen Perjalanan Wisata Ethnic Journey, Himpunan Pramuwisata Indonesia HPI Raja Ampat, HPI Kabupaten Sorong yang semuanya di bawah naungan HPI Papua Barat Daya.
Puluhan wisatawan kapal pesiar MS Coral Adventure yang sebagian besar warga negara Australia tiba di TWA kota Sorong dengan menggunakan delapan bus langsung disambut masyarakat adat suku Moi dengan tari-tarian.
Wisatawan mancanegara tersebut juga disambut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Alam Papua Barat dan Papua Barat Daya beserta staf serta masyarakat kelompok tani hutan matoa yang selama ini menjaga dan melestarikan taman wisata alam kota Sorong.
Pimpinan Agen Perjalanan Wisata Ethnic Journey, Ranny Iriani Tumundo mengatakan bahwa puluhan wisatawan mancanegara tersebut sangat terharu saat mengunjungi TWA kota Sorong. Bahkan ada yang menangis karena begitu bangga melihat budaya masyarakat lokal serta hutan yang alami di tengah-tengah kota maju.
Begitu juga masyarakat lokal suku Moi sangat terharu karena bangga bahwa ternyata hutan warisan leluhur yang mereka jaga sampai saat ini dikunjungi puluhan wisatawan asing yang memberikan manfaat ekonomi bagi kehidupan mereka.
Ranny mengatakan bahwa program kunjungan wisatawan mancanegara kapal pesiar MS Coral Adventure di Sorong hanya di taman wisata alam setelah itu kembali lagi ke kapal dan berangkat. Semua itu karena TWA kota Sorong mempunyai nilai wisata alam yang tinggi.
“Sebab berwisata di taman wisata alam kota Sorong wisatawan mancanegara bisa menang dan mengadopsi pohon serta melepaskan satwa pembohong. Hal ini yang membuat mereka bangga berwisata ke taman wisata alam kota Sorong,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa puluhan wisatawan mancanegara mengunjungi TWA kota Sorong dan mereka bangga semua itu karena perjuangan dan kolaborasi hebat pemerintah dalam hal ini BBKSDA, masyarakat dalam hal ini kelompok hutan matoa, serta seluruh pemangku kepentingan pariwisata serta konservasi yang selama ini berperan mendukung masyarakat menjaga dan melestarikan taman wisata alam tersebut.
Discussion about this post