Izin Kelapa Sawit Boven Digoel ancaman kehidupan Pemandu Wisata Alam Papua Selatan 

Merauke,Matapapua.com – Izin kelayakan lingkungan hidup yang diberikan Pemerintah Provinsi Papua kepada PT Indo Asiana Lestari untuk mengubah hutan masyarakat adat Suku Awyu di Boven Digoel seluas 36.094 hektar menjadi perkebunan kelapa sawit merupakan ancaman bagi kehidupan Pemandu Wisata Alam di Provinsi Papua Selatan.

“Kami mendukung masyarakat Suku Awyu di Boven Digoel menolak izin PT Indo Asiana Lestari sebab jika perusahaan ini beroperasi dan membuka hutan kami akan kehilangan banyak tempat wisata alam menikmati keindahan hutan yang asli dan satwa liar atau birding,” kata Pemandu Wisata Alam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Papua, Bony Kondahon di Merauke, Kamis (6/6).

Dia mengatakan bahwa hutan Kabupaten Boven Digoel adalah tujuan wisata alam bagi wisatawan minat khusus pencinta burung, reptil dan satwa endemik Papua. Dan selama ini para pemandu wisata alam di Provinsi Papua Selatan membawa wisatawan asing minat khusus satwa liar masuk ke hutan Boven Digul untuk menikmati keindahan alam dan satwa liar endemik Papua.

Bony mengungkapkan bahwa dari jasa pemandu wisata tersebut mereka memperoleh kehidupan yang layak dan mampu membiayai kebutuhan hidup keluarga. Begitu pula masyarakat adat pemilik hutan juga merasakan kehidupan yang layak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan kedatangan wisatawan.

Dikatakan bahwa Hutan yang masih asli di Boven Digoel selama ini sangat digemari wisatawan mancanegara terutama wisatawan minat khusus birding dari Eropa, Amerika dan Australia. Sebelum Covid 19 melanda Indonesia bahkan dunia, hampir setiap Minggu ada wisatawan mancanegara minat khusus birding berkunjung ke Hutan Boven Digoel.

Menurut Bony, sudah ribuan wisatawan asing masuk berkunjung ke hutan Boven Digoel. Mereka tidak hanya mengunjungi suku pohon Korowai, tetapi lebih banyak menelusuri hutan Boven Digoel yang masih asli untuk menikmati keindahan satwa endemik Papua di alam liar.

Disampaikan bahwa setelah wisatawan mengunjungi hutan Boven Digoel dan kembali ke negara asalnya mereka mempromosikan keaslian dan keunikan dari hutan Papua itu agar wisatawan lain datang berkunjung. Dan di situlah para pemandu wisata alam di Provinsi Papua Selatan tidak pernah sepi job.

“Hutan Boven Digo tersebut adalah piring makan bagi kami sehingga kami harus menjaga kelestarian hutan tersebut demi kehidupan yang berkelanjutan. Sehingga dengan tegas kami mendukung masyarakat adat Suku Awyu di Boven Digoel menolak izin PT Indo Asiana Lestari yang akan membuka hutan seluas 36.094 hektar,” ujarnya.

Baginya membuka lahan seluas 36.094 hektar di Boven Digoel untuk perkebunan kelapa sawit bukanlah solusi untuk membangun masyarakat setempat, sebab sebagian besar masyarakat Boven Digoel juga membutuhkan hutan untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Dia berharap terhadap pemangku kepentingan baik di daerah maupun pusat untuk kaji ulang izin tersebut dan tidak membiarkan hutang yang menjadi harapan hidup masyarakat untuk pariwisata berkelanjutan dibabat untuk kelapa sawit yang merupakan kepentingan para pembisnis besar di negeri ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a comment