Gelar Workshop di Jayapura, Festival Film Bulanan Ajak Sineas Berani Eksplorasi Nilai-nilai Kearifan Lokal

Workshop Lokus 10 di Kota Jayapura pada 24 hingga 26 November lalu.

Workshop Lokus 10 di Kota Jayapura pada 24 hingga 26 November lalu.

Jayapura, Matapapua – Kota Jayapura, Papua kali ini berkesempatan menjadi salah satu lokasi dari penyelenggaraan kegiatan Workshop “Menuju Film Komersil” pada 24 hingga 26 November lalu.

Terpilihnya Jayapura sebagai lokasi penyelenggaraan workshop untuk lokus 10, tak lepas dari peran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang ingin mengajak para sineas yang berada di Papua agar berani mengeksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dalam memproduksi sebuah film. Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Penerbitan dan Periklanan Direktorat Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf, Tetra Tianiafi.

“Saya berharap dengan terselenggaranya Workshop Festival Film Bulanan Lokus 10 di Jayapura ini, menjadi pemicu semangat dan menginspirasi sineas di Papua agar lebih percaya diri. Selain itu, berani menggali dan mengeksplorasi nilai-nilai kearifan lokal yang universal. Termasuk potensi kreatif lokal yang dimiliki untuk diangkat menjadi cerita yang menarik dan relate dengan kehidupan dalam karya-karya filmnya. Sehingga, berdampak pada munculnya film yang unik, autentik, dan berdaya saing tinggi sehingga memperkuat ekosistem film Indonesia,” ucap Tetra.

Banyak Potensi Film yang Bisa Dieksplorasi

Senada dengan Tetra, Ratrikala Bhre Aditya, seorang sutradara dan editor serta salah satu narasumber workshop ini juga mengutarakan Indonesia itu luas sekali. Sehingga masih banyak sekali cerita yang bisa dieksplorasi.

“Harapan saya, Festival Film Bulanan bisa menarik lebih banyak lagi komunitas-komunitas film di daerah untuk memajukan film-film daerah. Karena Indonesia itu luas sekali dan banyak sekali cerita yang bisa diangkat. Selama ini masih terpecah-pecah hanya di kota-kota besar saja di Indonesia dan hanya itu-itu saja. Saya harap, Festival Film Bulanan bisa membantu daerah mengangkat cerita khasnya mereka masing-masing yang membuat Indonesia semakin kaya,” tutur Bhre.

Workshop “Menuju Film Komersil” berlangsung selama 3 hari. Diikuti oleh perwakilan komunitas Film Terpilih dari lokus 10 yang sudah mendaftarkan karya filmnya ke Festival Film Bulanan tanggal 2 – 12 November 2023 lalu.

Adapun materi yang dibagikan adalah materi produserial, industry and distribution possibilities, production management, development and selling, power of editing, directing, hingga production design.

Tanggapan Positif Peserta

Peserta juga diajarkan bagaimana cara menyusun proposal film, mendistribusikan film, merancang film yang bisa dipasarkan, budgeting, sampai proses pitching. Proses pitching ini dilakukan pada hari ketiga. Lalu, setiap peserta diberikan kesempatan langsung untuk mempresentasikan idenya.

“Buat saya hari ini kelasnya luar biasa. Senang sekali bisa hadir ke Jayapura diundang oleh Festival Film Bulanan. Pesan saya untuk para peserta, kalau punya ide, kalau punya hal kreatif enggak bakal jadi apa-apa kalau tidak dirangkai. Jadi ya, harus segera mulai dirangkai untuk segala hal yang ada. Karena mahakarya akan selalu menemukan jalannya,” kata Rangga, salah satu narasumber Workshop “Menuju Film Komersil” Lokus 10.

Selain mendapatkan tanggapan positif dari para narasumber, Workshop “Menuju Film Komersil” ini juga diapresiasi oleh para peserta. Sahabat KOWAKI Papua, Tasya menyampaikan senang mengikuti workshop tersebut.

“Dari kegiatan ini saya senang dengan materi editing, karena selama ini saya kesulitan dengan editing, apalagi waktu skripsi,” ujar Tasya.

Sependapat dengan Tasya, Philipus dari Papuan Voices Jayapura yang berkesempatan sebagai peserta juga mengungkapkan beruntung dan bisa belajar banyak dari kegiatan Workshop “Menuju Film Komersil” ini.

“Dari kegiatan ini saya belajar dari pengalaman-pengalaman dari narasumber yang luar biasa. Ternyata kerja mereka itu lebih banyak di lapangan. Yang paling saya ingat materinya, yaitu membuat film itu seperti berdongeng. Ketika membuat film kita tidak perlu punya peralatan yang baik tapi kita jalani saja dulu,” tutur Philipus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a comment