Matapapua – Sorong : Sebagai upaya kesiapsiagaan menghadapi datangnya bencana alam berupa gempa bumi, empat titik di Papua Barat akan dipasangi alat pendeteksi kekuatan gempa bumi (seismograf).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I DEO Sorong Indar Adi Waluyo, S.Si mengungkapkan, tiga dari empat titik tersebut berada di wilayah Kabupaten Raja Ampat, sementara satu titik lagi dipasang di Bintuni.
“Mitigasi dari BMKG terkait kebencanaan dalam hal ini gempa bumi, kami akan memasang alat pendeteksi kekuatan gempa di empat titik, tiga di Raja Ampat dan satu di Bintuni. Sebelumnya kami juga sudah memasang alat yang sama di Sorong Selatan,” ungkapnya.
Namun, lanjutnya, hingga saat ini belum ada alat yang bisa memprediksi akan terjadinya gempa. Sehingga ketika beredar kabar di suatu daerah akan dilanda gempa bumi, kabar itu dipastikan tidak benar.
“Mendeteksi kapan terjadi gempa, alatnya belum ada sampai saat ini. Fungsi seismograf hanya mendeteksi setelah gempa terjadi dan berapa besar kekuatannya. Jadi kalau beredar kabar akan terjadi gempa bumi, maka saya pastikan itu hoax. Jadi kita harus pandai menyaring informasi,” sambungnya.
Terkait dampak dari bencana gempa bumi, Indar mengatakan bahwa bencana gempa bumi bukanlah pembunuh. Namun banyaknya jumlah korban jiwa ketika terjadi bencana gempa bumi sebagian besar disebabkan oleh runtuhnya bangunan yang menimpa para korban.
“Gempa bumi tidak membunuh, yang membunuh adalah bangunan (tidak layak) yang kita tempati. Itu sebabnya mengapa ketika mendirikan seharusnya ada IMB-nya. Struktur bangunan tidak bisa dibuat asal-asalan, harus memenuhi standar. Juga harus diuji ketahanan bangunan terhadap guncangan gempa dalam kekuatan sekian skala richter misalnya,” kata dia.
Dirinya menambahkan bahwa BMKG mencatat, ribuan gempa berkekuatan kecil dan sedang terjadi di Sorong. Bukan semakin berbahaya, Indar bahkan menyampaikan bahwa intensitas gempa yang semakin sering terjadi memberi dampak yang lebih positif.
“Semakin sering gempa bumi terjadi, artinya justru semakin baik karena kekuatannya terpecahkan. Sebaliknya, ketika di suatu daerah tercatat jarang terjadi gempa bumi, sekalinya berguncang kekuatannya lepas justru semakin besar,” tandasnya.
Discussion about this post