ANJ dan Kemendes Kenalkan Pengolahan Sagu untuk Peningkatan Kapasitas Masyarakat

Foto bersama Bapak Dwi Rudi Hartoyo Ibu Nelda Hermawan dan Ibu ibu Dhar..

Foto bersama Bapak Dwi Rudi Hartoyo Ibu Nelda Hermawan dan Ibu ibu Dhar..

Matapapua – Jakarta : PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ), melalui anak usahanya PT ANJ Agri Papua (ANJAP), memperkenalkan cara pengolahan sagu dan kolaborasi demo masak bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggunakan tepung sagu Sapapua pada acara “Pelatihan Penggiat Sagu”. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada tanggal 17 Oktober 2022 yang bertempat di Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPMD), Jakarta Timur.

Melibatkan 25 orang peserta yang terdiri dari ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendes PDTT, kegiatan ini dilakukan untuk mengenalkan sagu dan proses pembuatan tepung sagu, serta mensosialisasikan dan mempromosikan keunggulan tanaman sagu.  Hal ini merupakan bagian dari dukungan Kemendes PDTT terhadap kebijakan ketahanan pangan sejalan dengan ambisi Sustainable Development Goals (SDGs) yang salah satunya menekankan terwujudnya desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, serta desa ramah lingkungan.

Dr. Dwi Rudi Hartoyo, S.Sos, Direktur Penyerasian Pembangunan Daerah Khusus, Kementerian Desa, yang turut menghadiri pelatihan, mengatakan dalam sambutannya bahwa pelatihan ini merupakan awal dari gerakan untuk menjadikan sagu sebagai komoditas pangan andalan karena Papua memiliki perkebunan sagu yang luas. “Sagu pernah mendapat porsi yang penting dalam upaya ketahanan pangan di Papua namun keberadaannya saat ini mulai berkurang. Hal ini juga dikarenakan konsumsi masyarakat terhadap sagu mulai berkurang dan kebutuhan beras semakin meningkat,” ujar Rudi Hartoyo.

“Pengembangan pangan lokal seperti sagu perlu dioptimalkan. Sagu dapat diperkuat dan dikembangkan dengan berbagai aksi dalam mendukung ketahanan pangan. Diharapkan masyarakat dapat mulai beralih dan mulai mengonsumsi pangan lokal seperti sagu sebagai pengganti nasi,” tambahnya.

Komitmen ANJ atas bisnis sagu di Papua Barat sejalan dengan strategi dalam mempromosikan sagu sebagai komoditas yang memiliki potensi besar bagi perekonomian lokal dan bagi pengembangan komoditas berkelanjutan di Papua Barat, khususnya terkait dengan ketahanan pangan.

Di kesempatan yang sama, Nelda Hermawan, Head of Commercial, Sago & Edamame ANJ, menjelaskan mengenai operasi pemanenan dan pemrosesan sagu di Sorong Selatan, Papua Barat yang dilakukan ANJAP. “ANJAP mengelola dan merintis pemanenan sagu dari hutan sagu alam yang pertama pada skala komersial di Indonesia.” jelas Nelda.

Nelda juga menjelaskan, sebagai bagian dari strategi keberlanjutan jangka panjang Grup ANJ, ANJAP mengurangi penggunaan bahan bakar diesel sebagai sumber energi untuk pabrik dengan menggunakan biomassa daur ulang dari limbah padat. Untuk meminimalkan dampak lingkungan, Grup ANJ mengadopsi pendekatan “zero-waste” yang menekankan pada penggunaan kembali atau daur ulang limbah tidak berbahaya. ANJAP mengembangkan sistem untuk mendaur ulang air yang digunakan dalam proses ekstraksi pati dan serat sagu. Kedua proses daur ulang tersebut akan mengurangi pembuangan air limbah dan mengurangi konsumsi air dalam proses operasional.

Dalam pelatihan, Nelda memaparkan “Sagu Papua dari Pohon ke Piring” mulai dari mengenal pohon dan proses produksi sagu, manfaat kesehatan sagu, sagu dan iklim dunia hingga berbagai makanan olahan sagu. Ia juga membagikan potret makanan unik, modern, dan lezat yang terbuat dari Sagu, dengan harapan dapat menginspirasi masyarakat untuk mengikuti gerakan memperkenalkan kembali produk tersebut ke dalam masakan lokal.

ANJAP mengolah batang sagu di pabrik sagu untuk menghasilkan tepung sagu kering yang dijual ke industri makanan. Sebagai alternatif bagi beras, sagu merupakan pilar penting dalam strategi agribisnis berkelanjutan serta diversifikasi dan ketahanan pangan. “Sagu dapat memainkan peran kunci dalam produksi makanan berkelanjutan, sehingga berkontribusi terhadap ketahanan pangan Indonesia dan meningkatkan mata pencaharian di daerah penghasil sagu,” tutup Nelda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a comment