Elisitor Biosaka Nuswantara Solusi Menyehatkan Tanah Pertanian

Aimas : Berbagai upaya dilakukan untuk menjawab persoalan pupuk yang langka, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Papua Barat hadir memberi solusi dengan mengenalkan ramuan elisitor biosaka nuswantara yang dapat dibuat sendiri.

Elisitor Biosaka merupakan olahan dari rerumputan atau tanaman dengan minimal 5 jenis tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar persawahan/ ladang. Tidak jarang, tanaman yang digunakan tersebut biasanya oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat.

Kepala Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Sorong, Sutardi mengatakan, meski hanya ramuan sederhana namun manfaat inovasi elisitor biosaka nuswantara sangat ajaib, sebab dengan bahan yang mudah diperoleh dapat menjadi pengganti pupuk ditengah keluhan pupuk yang langka dan cenderung mahal.

” Pertama, efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kedua, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih hingga panen, Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode pemanggangan yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu” terang Sutardi.

” Keempat, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit. Kelima, dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan. Keenam, dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-70 persen, sehingga sangat mengirit biaya produksi. Ketujuh, bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimanapun dan kapanpun” lanjt Sutardi.

Sutardi juga menyebutkan Biosaka bukan produk pabrikan sehingga tidak diperjualbelikan.

“Biosaka bukan barang pabrikan, bukan merk, bukan pupuk, bukan pestisida, tidak diperjualbelikan. Biosaka merupakan elisitor yang betul-betul dibuat sendiri oleh petani, dan gratis karena pembuatannya hanya mengandalkan bahan alami,” ujar Sutardi.

Sutardi menyebutkan, beberapa petani di Kampung Malamay telah melakukan uji coba elisitor biosaka terhadap tanamannya, dan hasilnya sangat mengherankan. Karena elisitor ini adalah molekul signal yang memacu terbentuknya molekul sekunder di dalam struktur sel tumbuhan.

“Bahasa sederhananya tanaman itu dibuat menjadi cerdas. Karena ternyata tanaman budidaya selama ini tidak cerdas sebab pertumbuhannya selalu dipacu oleh pupuk yang sintetis. Sehingga mereka tidak bisa mengelola ekosistemnya sendiri. Nah melalui elisitor biosaka ini maka kecerdasan sel tanaman akan terbentuk. Di mana setelah itu tanaman akan lebih peka untuk mengelola unsur hara yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan oleh tumbuhan tersebut,” beber Sutardi.

Sementara itu, Kepala BPTPH Provinsi Papua Barat, Teguh Santoso, S.Hut., berharap kegiatan seperti ini akan terus digencarkan, dipraktikkan dan diuji cobakan oleh masyarakat petani. Disebutkan Teguh, ketika nanti seluruh kepengurusan administrasi dari Papua Barat sudah beralih ke Papua Barat Daya maka kegiatan-kegiatan positif yang digagas oleh BPTH Papua Barat tidak berhenti.

Inovasi Biosaka ini juga sangat menolong para petani untuk menekan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk. Selain menekan biaya produksi dampak positif lainnya adalah kelestarian lingkungan yang akan tetap terjaga dan tidak diracuni oleh pupuk kimia.

“Tentu saja gratis, petani bisa bikin sendiri dengan bahan-bahan alami yang sudah tersedia di alam. Supaya petani tidak ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia dan tidak resah ketika terjadi kelangkaan pupuk” kata Teguh.

Plt. Kadis Pertanian Pangan, Kelautan dan Perikanan Papua Barat Daya, Absalom Solossa, S.Pi, MM menyambut baik kegiatan yang digagas oleh BPTPH Papua Barat. Absalom terkesan karena kegiatan ini merupakan pertama kali baginya, karena turut mempraktikkan langsung pembuatan ramuan ajaib tersebut bersama masyarakat kelompok tani.

Setelah mengetahui khasiat dari ramuan ajaib tersebut, Absalom berkomitmen pihaknya akan terus mendukung dan mendorong program tersebut, Absalom juga meminta agar ilmu tersebut bisa ditularkan kepada masyarakat petani lainnya guna meningkatkan hasil produksi pertanian mereka.

“Bentuk dukungan kami dari pemerintah provinsi mudah-mudahan ke depannya kami bisa memfasilitasi petani dengan pemenuhan sarana prasarana pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produksi para petani. Dengan harapan tentunya ini juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar ria berdarah Maybrat tersebut.

Selain membantu dalam hal peningkatan sarana prasarana, lanjut Absalom, Pihaknya juga siap berupaya memberikan dukungan dana kepada kelompok-kelimpok tani yang ada. Dimana dana tersebut akan diusulkan dalam APBD induk maupun APBD perubahan.

Cara pembuata elisitor biosaka sangat mudah, dengan meremas segenggam rerumputan berbagai jenis dalam 2-5 liter air. Rumput diremas pelan memutar ke kiri dan diselingi dengan adukan. Peremasan dilakukan sekitar 15-20 menit, hingga larutan air berwarna coklat gelap homogen dan sedikit berbusa, menandakan bajwa ramuan tersebut siap untuk digunakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a comment