Matapapua – Sorong : Guna melindungi generasi penerus bangsa dari ancaman penyakit yang disebabkan oleh virus, pemerintah secara serius mencanangkan dan mengupayakan agar anak-anak dapat diberi vaksin agar kebal terhadap serangan virus yang semakin beragam, namun sayangnya berbagai kegiatan vaksinasi tidak berlangsung secara baik dalam 3 tahun terakhir dikarenakan pandemi COVID-19.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Nurmawati mengatakan Dimasa pandemi COVID-19 telah mengakibatkan cakupan imunisasi rutin lengkap anak menjadi rendah. Untuk mengejar kekurangan cakupan tersebut pemerintah menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).
Sekitar 800 ribu anak di seluruh Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio.
” Berdasarkan data rutin terbaru Kementerian Kesehatan RI cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) telah menurun secara signifikan sejak awal pandemi COVID-19, dari 84,2% pada tahun 2020 menjadi 79,6% pada tahun 2021. Untuk di Provinsi Papua Barat, cakupan imunisasi dasar lengkap juga mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19 selama 2 tahun terakhir, yakni dari 84,1% pada tahun 2019 turun menjadi 66,4% di tahun 2020 dan 60,4% pada 2021 ” kata Nurmawati, Rabu (20/4/2022).
Lanjutnya, tentunya penurunan IDL tersebut sangat berisiko terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Untuk kasus PD3I di Papua Barat, kasus positif campak atau Rubela masih ditemukan hampir di setiap tahunnya.
” Menurut penilaian risiko campak nasional, Papua Barat merupakan provinsi dengan risiko sangat tinggi. Pada tahun 2018 dan 2019, Papua Barat juga mengalami KLB Difteri dimana terdapat kematian kasus akibat difteri pada tahun 2018 dan 2019. Selain Campak dan Difteri, menurut penilaian risiko polio nasional, Papua Barat merupakan provinsi dengan risiko tinggi ” ungkapnya.
Menurutnya penurunan cakupan imunisasi rutin baru-baru ini disebabkan oleh berbagai faktor termasuk gangguan rantai pasokan, aturan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, dan berkurangnya ketersediaan tenaga kesehatan, yang menyebabkan penghentian sebagian layanan vaksinasi pada puncak pandemi COVID-19.
” Survei hasil Kementerian Kesehatan dan UNICEF yang dilakukan pada tahun 2020 juga menemukan bahwa setengah dari orang tua dan pengasuh yang disurvei enggan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19, atau khawatir tidak ada protokol kesehatan yang tepat. Saat ini pemerintah berupaya memulihkan cakupan yang hilang akibat gangguan kegiatan imunisasi terkait COVID-19 dengan menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) ditahun 2022 ini ” bebernya
Tambahnya dalam pelaksanaan BIAN terdapat 2 kegiatan utama yakni imunisasi tambahan dengan pemberian satu dosis imunisasi campak rubella yang diberikan kepada anak umur 9 bulan sampai 12 tahun; dan kegiatan selanjutnya yakni imunisasi kejar dengan pemberian satu atau lebih jenis imunisasi akan diberikan kepada anak berusia 1-5 tahun untuk melengkapi status imunisasi yang belum lengkap ketika masih bayi atau berumur dibawah 1 tahun.
” BIAN di Papua Barat akan dilaksanakan mulai Mei-Juni 2022 diseluruh wilayah Provinsi Papua Barat, dengan pelayanan imunisasi selama BIAN akan diberikan di Puskesmas, Posyandu, PAUD, TK/RA, dan SD/MI. Sehingga para orang tua dan pengasuh anak dapat membawa dan memastikan anaknya untuk mendapatkan imunisasi ” tambahnya.
Ketua PWI Sorong Raya, Wahyudi menyatakan kesiapan dukungan dalam program Bulan Imunisasi Anak Nasional yang dicanangkan oleh pemerintah Provinsi Papua Barat, menurutnya masih ada orang tua yang terpapar berita bohong atau hoax berkenaan dengan imunisasi maupun vaksinasi, sehingga peran media atau jurnalis begitu penting untuk menyukseskan program BIAN dimaksud.
” Kami disini insan pers memberikan apresiasi, karena dipercaya bisa menyebarluaskan informasi terkait dengan imunisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dengan adanya kepercayaan dari pihak dinas kesehatan kepada kami insan pers, akan berupaya untuk membantu menyebarluaskan berita ini kepada masyarakat halayak ” kata ketua PWI Sorong Wahyudi.
” Harapannya adalah dengan keterlibatan kami juga bersama dalam menyukseskan kegiatan bulan imunisasi ini, berbagai informasi yang mungkin keliru itu bisa kita tekan, sehingga angka daripada imunisasi ini dapat terus bertambah. Intinya kami siap memberikan support dinas kesehatan juga UNICEF juga penggiat-penggiat lainnya, karena kami sudah punya komitmen bahwa kami akan selalu berkawan dengan orang-orang yang ingin menyebarkan kebaikan, kami akan terus mengawal sehingga semua kegiatan ini dapat terjamin atau terlaksanakan dengan baik ” tambahnya.
Sesuai dengan rencana, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat akan melakukan imunisasi untuk mengejar ketertinggalan program vaksinasi imunisasi dibulan Mei dan Juni 2022.
Dengan sasaran BIAN di Papua Barat, untuk imunisasi tambahan campak dan rubella pada usia 9 bulan-12 tahun sebanyak 231.444 anak dan imunisasi kejar dengan sasaran usia 1-5 tahun diperkirakan sebanyak 24.416 anak dengan sasaran terbanyak berada di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong.
Discussion about this post