Matapapua – SORONG : Masyarakat Klademak II Pantai, Kelurahan Klaligi, Distrik Sorong Manoi yg merupakan korban gelombang dengan intensitas tinggi dan angin kencang yang terjadi beberapa waktu lalu. Terpaksa mendesak masyarakat yang terdampak musibah tersebut harus bertedu di tenda pengungsian selama berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.
Kondisi dan suasana serupa di tenda pengungsian sudah pasti sangat berbeda dengan rumah sendiri. Di dalam tenda berukuran mini dan beralaskan lantai tanah menjadi tempat berteduh para korban bencana alam.
Seluruhnya korban berkumpul dalam satu tenda kemudian masing-masing keluarga membentangkan tikar yang dialas papan seadanya. Sementara tumpukan sisa barang bawaannya tersimpan persis di sisi kanan dan kiri tempat tidur mereka. Kipas angin buatan sendiri terus melekat di tangan sambil sesekali mengipas diri untuk menghindari kepanasan.
Mama Yusmina, ibu paru baya tengah menggendong cucunya yang baru berumur hitungan bulan, duduk sambil mengayunkan kipas tangan ke arah sang bayi.
“Sejak kita tinggal di tenda ini kita rasa tidak nyaman karena panas kemudian tidur juga tidak bisa, nyamuk dimana-mana, apalagi dengan bayi yang baru berumur hitungan bulan ini, kita selalu berjaga-jaga,” ungkapnya bernada sedih.
Ia kemudian menceritakan bahwa hari pertama tinggal di tenda pengungsian setelah musiba menerjang rumahnya, perasaan was-was sering membayangkan adalah kepasrahan kepada Tuhan. Sebab, mulai dari rumah dan segala harta benda miliknya disapu habis oleh angin dan gelombang yang terjadi saat itu. Yang tersisia hanyalah pakaian di badan.
Ia hanya bisa bersyukur bahwa seketika musiba menerjang, di saat itulah bantuan datang silih berganti termasuk pemasangan tenda pun dilakukan. Sehingga masyarakat yang terdampak musibah bisa berlindung sementara waktu di tenda darurat.
“Kita cuma lari dengan pakaian di badan, seluruhnya habis disapu bersih oleh angin dan gelombang tinggi,” akunya.
Dalam ketidakberdayaan, ia hanya berharap satu permintaan kepada pemerintah yakni menyediakan rumah layak huni sehingga para korban bisa kembali dan tinggal di rumah layak sebagaimana mestinya.
“Saya hanya minta satu saja kepada pemerintah agar sediakan rumah sehingga kami bisa kembali dan tinggal di rumah,” harapnya.
Hal serupa diungkapkan Mama Amelia May, salah satu korban bencana yang serupa. Baginya, tinggal di tenda pengungsian tak senyaman tinggal di rumah sendiri. Setiap dirinya harus menahan serangan nyamuk udara dingin dialam hari. Selimut tebalpun tak mempan menahan dinginnya angin malam.
“Kalau di tenda pengungsian ini memang sangat tidak nyaman karena kita tinggal banyak orang kemudian kalau siang hanya panasnya minta ampun tetapi kalau malam dingginnya pun sangat terasa,” tambahnya.
Ia pun mengakui bahwa meskipun dalam kondisi yang sangat terbatas namun Tuhan masih memberikan kesempatan untuk hidup. Sehingga rasa syukur dan optimis terus menjadi pegangannya.
“Walaupun saat ini sangat terbatas karena kondisi namun saya tetap bersyukur bahwa Tuhan masih memberikan kehidupan sampai saat ini melalui banyak bantuan yang datang silih berganti,” akunya.
Sudah berminggu-minggu tinggal dalam tenda yang penuh dengan penderitaan, ia pun bertanya-tanya kira-kira sampai kapan masyarakat korban bencana akan terus menetap di tenda pengungsian. Pertanyaan ini terlontarkan karena sampai detik ini belum ada kepastian kapan pembangunan rumah korban kbali sibangun.
Melihat kondisi ini, dirinya berharap agar pemerintah segera menyediakan rumah layak huni bagi para korban.
Harapan para korban bencana akhirnya terobati setelah Wali Kota Sorong, Lambert Jitmau berjanji akan memberikan bantuan material pembangunan rumah.
Janji tersebut disampaikan orang nomor satu di Kota Sorong ini saat meninjau langsung para pengungsi yang terkena musibah bencana angin kencang dan gelombang tinggi, di Klademak II Pantai, Kelurahan Klaligi, Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong, Selasa (8/3).
“Saya sudah ketemu dengan Ketua RT, Kepala Distrik, Kepala Kelurahan setempat dan warga yang terkena musibah. Berdasarkan data yang ada, terdapat 23 rumah di klademak dua pantai yang hilang. Kami sudah sepakat dari 23 rumah yang hilang, akan dibangun satu tipe dan ukuran yaitu 8×10 meter persegi,” sebutnya.
Disebutkan, pemerintah akan memberikan bahan material bangunan sesuai volume bangunan setiap rumah agar masyarakat bisa membangun kembali rumahnya.
“Saya kasih bantuan material bangunan, supaya warga bisa bangun sendiri rumah mereka. Kalau bangun sendiri pasti lebih cepat lebih bagus, supaya mereka dapat menempati dan menghuni rumah yang mereka bangun sendiri,” tutupnya.
Discussion about this post