• 14 Jul, 2025

Industri Hulu Migas Sumbang Rp5.045 Triliun ke Negara, Dorong Transisi Energi Bersih

Industri Hulu Migas Sumbang Rp5.045 Triliun ke Negara, Dorong Transisi Energi Bersih

MataPapua, MAKASSAR — Industri hulu minyak dan gas (migas) terus menunjukkan peran strategis dalam menopang perekonomian nasional. Selama lebih dari dua dekade, sektor ini telah menyumbang Rp5.045 triliun ke kas negara dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), menjadikannya penyumbang terbesar kedua setelah sektor perpajakan.

Hal itu disampaikan Kepala Divisi Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, dalam Media Gathering 2025 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina yang berlangsung di Hotel Claro, Makassar, Senin (23/6/2025).

“Kalau bicara perjalanan industri hulu migas selama 22 tahun, penerimaan negara dari sektor ini sudah mencapai sekitar Rp5.045 triliun. Ini menjadi sumber penerimaan terbesar kedua setelah pajak,” ungkap Hudi dalam paparannya.

Gas Bumi Jadi Energi Transisi

Lebih jauh, Hudi menyoroti perubahan orientasi pemanfaatan gas bumi dari ekspor ke prioritas domestik. Saat ini, sekitar 70 persen gas yang diproduksi di Indonesia dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

 “Kalau dulu gas banyak diekspor, sekarang prioritasnya ke domestik,” katanya. “Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendukung ketahanan energi nasional.”

Ia juga menyebutkan potensi cadangan gas baru yang menjanjikan, terutama di wilayah Andaman, seperti sumur Layaran dan Tangkulo. Wilayah ini dinilai akan menjadi titik vital dalam pemenuhan energi berbasis gas ke depan.

Multiplier Effect dan Target Net Zero Emission

Tak hanya kontribusi langsung ke APBN, sektor hulu migas juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) yang besar bagi perekonomian. Kegiatan pengeboran, pembangunan infrastruktur, serta proyek-proyek konstruksi lainnya diyakini mampu menggerakkan ekonomi di berbagai sektor.

Di tengah pertumbuhan ekonomi global yang stagnan di bawah 3 persen, dan target ambisius Indonesia untuk tumbuh 8 persen, sektor migas menjadi tumpuan penting. Terlebih, Indonesia kini tengah dalam proses transisi menuju energi bersih dan rendah karbon.

 “Kita sedang menuju net zero emission. Karena itu, gas telah ditetapkan sebagai transitional energy. Proyek-proyek baru harus segera di-on-stream-kan untuk menjawab tantangan energi masa depan,” tegas Hudi.

Peran Media dalam Menjaga Narasi Publik

Dalam kesempatan tersebut, Hudi juga mengapresiasi peran media sebagai mitra strategis dalam menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi agar publik tidak terjebak pada narasi keliru soal industri migas.

“Media adalah corong bagi industri hulu migas. Kami berterima kasih kepada rekan-rekan media, khususnya di Region IV, yang selama ini telah menunjukkan dukungan dan profesionalisme,” pungkasnya.